Klasifikasi fraktur :
Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut
Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst).
Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :
Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang).
Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).
Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).
Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).
Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).
Berdasarkan posisi fragmen :
Undisplaced (tidak bergeser)/garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser.
Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur
Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :
Tertutup
Terbuka (adanya perlukaan dikulit).
Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma
Garis patah melintang.
Oblik / miring.
Spiral / melingkari tulang.
Kompresi
Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada patela.
Berdasarkan kedudukan tulangnya :
Tidak adanya dislokasi.
Adanya dislokasi
Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :
Tipe Ekstensi: Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi.
Tipe Fleksi: Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi. (Mansjoer, Arif, et al, 2000)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar