d. klasifikasi(Suratman : 2006)
1. Akut, Sub akut, dan Kronik (Tradisional)
-Akut ≤ 2 minggu
-Sub akut beberapa minggu-bulan
-Kronik ≥ 3 bulan
2. Cierny-mader (Anatomi-Fisiologi)
Stage 1 : Medula
Stage 2 : Superfisial kortek
Stage 3 : Medula dan Kortikal
Stage 4 : Difus medula dan kortikal
3. Waldvogel (Etiologi)
-Perluasan infeksi jaringan lunak, seperti infeksi luka tekan, infeksi insisi. → 47%
Terkontaminasi langsung dari pembedahan tulang, fraktur terbuka atau luka trauma, seperti luka tembak →34%
-Hematogenous (Melalui darah) menyebar ke bagian lain dari infeksi, seperti infeksi tonsil, bisul, infeksi gigi, infeksi saluran nafas atas.→ 17%
-Fraktur terbuka 2-16%
Klasifikasi Ostemyelitis
1.Osteomielitis hematogen akut
Merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang disebabkan oleh bakteri pirogen yang mikroorganismenya berasal dari focus tempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada anak-anak dan jarang terjadi pada orang dewasa.
Penyebab dari osteomielitis hematogen akut adalah : Staphylococcus aureus hemoliticus (koagulasi +) sebanyak 90% dari keseluruhan kasus, Haemophilus influenza (5-50%) pada anak di bawah usia 4 tahun, organism seperti E.Coli, B.auriginosa capsulate, pneumococcus, dll.
2. Osteomielitis akibat fraktur terbuka
Merupakan osteomielitis yang paling sering ditemukan pada orang dewasa. Terjadi kerusakan pembuluh darah, edema, hematoma, dan hubungan antara fraktur dengan dunia luarsehingga pada fraktur terbuaka umumnya terjadi infeksi.
Penyebab osteomielitis antara lain Staphilococcus aureus, Escherechia coli, Pseudomonas, kadang juga disebabkan oleh bakteri anaerob seperti Clostridium, Streptococcus anaerobic, atau Bacteroides.
Gejala yang timbul antara lain demam, nyeri, pembengkakan pada daerah fraktur, sekresi pus, leukositosis, peningkatan LED.
3. Osteomielitis pasca-operasi
4.Osteomielitis hematogen sub-akut
Biasanya ditemukan pada anak-anak dan remaja. Gejalanya berupa atrofi otot, nyeri local, pembengkakan, dapat mengalami pincang, nyeri sendi, suhu biasanya dalam rentang normal, leukosit normal, LED meningkat, pada foto rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2cm .
Etiologi osteomielitis hematogen sub-akut adalah Staphylococcus aureus. Umumnya berlokasi di femur distal dan tibia proksimal.
5. Osteomielitis sclerossing (Osteomielitis Gareé)
6.Osteomielitis kronis
Umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut yang tidak terdiagnosis atau tidak tertangani dengan baik.
Etiologi osteomielitis kronis antara lain Staphylococcus aureus (75%), Escherechia coli, Proteus, Pseudomonas, dan Staphylococcus epidermidis.
Gejala yang ditimbulkan adalah adanya cairan yang keluar dari luka sinus setelah operasi, demam dan nyeri local yang hilang timbul di anggota gerak tertentu, nyeri tekan sinus, fistel, atau sikatriks bekas operasi, peningkatan LED, adanya leukositosis, peningkatan antibody anti staphylococcus, ada porosis dan sklerosis tulang, penebalan periosteum, elevasi periosteum sampai sekuestrum.
(Arif, 2008)
e. Komplikasi(Muttaqin : 2008)
Kematian, Artritis septic, Osteomielitis kronik, Fraktur patologis, Kontraktur sendi,Gangguan pertumbuhan, Abses jaringan lunak, Fistula, Penyatuan epifisis premature, Deformitas, Arthritis piogenik yang menyebabkan ankilosis tulang (missal: penyatuan panggul), Abses Tulang, Bakteremia, Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic), Sellulitis pada jaringan lunak sekitar, Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium, Penyakit ameloid, Perubahan menjadi ganas pada jaringan epidermis
f. pencegahan
UNIVERSAL PRECAUTION (Smeltzer : 2002)
Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
Desinfeksi dan sterilisasi untuk alat yang digunakan ulang
Menggunakan handscoon sesuai kebutuhan
Pemakaian masker, kacamata pelindung, pelindung rambut, gaun, dan sepatu pelindung dapat dipertimbangkan
Preventif
Beberapa tindakan dan upaya yang dapat mencegah terjadinya osteomielitis antara lain sebagai berikut :
1.Penanganan infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen.
2.Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang.
3.Pemeriksaan klien secara teliti, perhatikan lingkungan pembedahan, dan teknik pembedahan.
4.Penggunaan antibiotik profilaksis, untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan selama 24-48 jam setelah operasi.
5.Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik.
(Luqman dan Ningsih, 2009).
g. Faktor resiko
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah :
mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes.
pasien yang menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi
PREDILEKSI TEMPAT
Femur bagian distal, humerus, tibia bagian proksimal, radius, ulna bagian proksimal dan distal, serta vertebra.
Pada tulang lain, antara lain tulang tengkorak, mendibula, pelvis, pada tulang jari kaki dan tangan.
h. faktor predisposisi
Status penyakit diketahui sebagai faktor predisposisi pasien terhadap osteomyelitis meliputi :
Diabetes Mellitus, Penyakit Sickle Cell, AIDS, Penyalahgunaan obat-obatan secara IV, Alkoholik, Penggunaan steroid jangka panjang, Penurunan kekebalan tubuh, Penyakit sendi kronik.
Sebagai tambahan, implant prosthetik dalam ortopedik dapat merupakan faktor resiko terjadinya osteomyelitis pada pembedahan ortopedik atau fraktur terbuka.
(King, 2004)
Faktor predisposisi lainnya antara lain :
Usia (terutama bayi dan anak-anak), Jenis kelamin (sering pada pria), Trauma, Nutrisi
(Arif, 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar